Prakiraan BMKG, Hujan Lebat Hingga Cuaca Ekstrem Jelang Nataru
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Nursodik Gunarjo.(Rana VOI)

Bagikan:

JAKARTA – Natal dan Tahun Baru (Nataru) merupakan momen yang tepat untuk berlibur dengan keluarga. Selama libur panjang ini, tingkat bepergian atau pulang kampung menjadi cukup tinggi.

Mengingat saat ini Indonesia sudah memasuki musim hujan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membagikan prospek cuaca agar masyarakat bisa mengantisipasi wilayah-wilayah yang kemungkinan besar akan diguyur hujan.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Nursodik Gunarjo membagi prospek cuaca ke tiga periode, yaitu sebelum Nataru, saat Nataru, dan setelah Nataru. Ketiga periode ini kembali dibagi ke dua kategori, yaitu hujan lebat dan hujan sedang.

Sebelum Nataru, mulai tanggal 19 hingga 24 Desember, hujan lebat akan terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Papua. Wilayah yang hanya mengalami hujan sedang adalah Sulawesi Selatan.

Berikutnya, wilayah yang akan hujan lebat pada 25 Desember hingga 1 Januari adalah Sumatera Barat, Kep. Riau, Bengkulu, Kep. Bangka Belitung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur. Untuk wilayah yang hanya mengalami hujan sedang saat periode Nataru adalah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Papua Barat, dan Papua.

Berikutnya, pada periode setelah Nataru mulai tanggal 2 hingga 6 Januari, wilayah yang masih mengalami hujan lebat adalah Sumatera Barat, Kep. Riau, dan Jawa Tengah. Wilayah yang hanya mengalami hujan sedang adalah NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Papua.

Dari seluruh kondisi cuaca ini, Gunarjo mengatakan bahwa musim hujan di Indonesia baru memasuki 42 persen. Musim hujan ini akan terus berjalan dari Desember hingga Februari tahun depan. Puncak hujannya berada di angka 55 persen pada bulan Januari dan Februari.

“Kita juga lihat ada yang satu sampai lima hari, sementara ada yang Hari Tanpa Hujan (HTH) kategori ekstrem panjang lebih dari 60 hari. Itu adalah beberapa indikator atau prakiraan ataupun observasi yang dilakukan oleh BMKG,” kata Gunarjo dalam Konferensi Pers pada Jumat, 22 Desember.

Atas perkiraan cuaca ini, Gunarjo menghimbau masyarakat bahwa potensi cuaca ekstrem akan meningkat dan perlu dihindari. Terlebih lagi, curah hujan yang tinggi bisa membawa bencana yang tidak diinginkan.

“Hujan lebat sampai dengan ekstrem disertai kilat dan petir, kemudian serta angin kencang. Selain itu ada gelombang tinggi dan banjir rob, serta pasang surut yang berpotensi terjadi selama periode Nataru,” jelasnya.

Gunarjo mengingatkan bahwa masyarakat harus selalu mengikuti perkembangan informasi cuaca secara langsung dari platform maupun media sosial BMKG. Sembari memantau prakiraan cuaca dari mereka, BMKG akan berusaha mencegah bencana karena curah hujan.

“Sebagai langkah mitigasi, kami melakukan pencegahan risiko bencana geohidrometeorologi. Masyarakat dan stakeholder harus selalu meng-update perkembangan informasi dari BMKG agar dapat terinfo wilayah-wilayah mana saja yang sedang mengalami rawan,” tutup Gunarjo.